Malayness

http://dbpedia.org/resource/Malayness an entity of type: WikicatMalayPeople

Malayness (Malay: Kemelayuan, Jawi: كملايوان‎) is the state of being Malay or of embodying Malay characteristics. This may include that which binds and distinguishes the Malay people and forms the basis of their unity and identity. People who call themselves Malay are found in many countries in Southeast Asia, united by a notional shared identity but divided by political boundaries, divergent histories, variant dialects and peculiarities of local experience. While the term 'Malay' is widely used and readily understood in the region, it remains open to varying interpretations due to its varied and fluid characteristics. 'Malay' as an identity, or nationality, is considered one of the most challenging and perplexing concepts in the multi-ethnic world of Southeast Asia. rdf:langString
Kemelayuan (bahasa Inggris: Malayness Jawi: كملايوان) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan menjadi Melayu, atau mewujudkan karakteristik Melayu, dan digunakan untuk merujuk pada apa yang mengikat dan membedakan orang-orang Melayu dan membentuk dasar persatuan dan identitas mereka. Orang-orang yang menyebut diri mereka Melayu ditemukan di banyak negara di Asia Tenggara, disatukan oleh identitas bersama yang abstrak namun terbagi oleh batas-batas politik, sejarah yang berbeda, dialek berbeda, dan kekhasan pengalaman lokal. Sementara istilah 'Melayu' banyak digunakan dan mudah dipahami di wilayah ini, namun tetap terbuka terhadap berbagai interpretasi karena karakteristiknya yang bervariasi dan berubah-ubah. "Melayu" sebagai identitas, atau kebangsaan, dianggap sebagai sa rdf:langString
rdf:langString Kemelayuan
rdf:langString Malayness
xsd:integer 30305179
xsd:integer 1114211243
rdf:langString Malayness (Malay: Kemelayuan, Jawi: كملايوان‎) is the state of being Malay or of embodying Malay characteristics. This may include that which binds and distinguishes the Malay people and forms the basis of their unity and identity. People who call themselves Malay are found in many countries in Southeast Asia, united by a notional shared identity but divided by political boundaries, divergent histories, variant dialects and peculiarities of local experience. While the term 'Malay' is widely used and readily understood in the region, it remains open to varying interpretations due to its varied and fluid characteristics. 'Malay' as an identity, or nationality, is considered one of the most challenging and perplexing concepts in the multi-ethnic world of Southeast Asia. Much of the ethos of Malay identity are thought to originate from the ascendancy of Melaka Sultanate in the 15th century. After the fall of Melaka in 1511, the notion of Malayness developed in two ways: to claim lines of kingship or acknowledge descent from Srivijaya and Melaka, and to refer to a pluralistic commercial diaspora around the peripheries of the Malay world that retained the Malay language, customs and trade practices of the Melaka emporium. By the mid 20th century, an anti-Western colonialism concept of a romanticized Malayness has been an integral component of Malay nationalism, succeeded in ending the British rule in Malaya. Today, the most commonly accepted pillars of Malayness; the Malay rulers, Malay language and culture, and Islam, are institutionalized in both Malay majority countries, Brunei and Malaysia. As a still fully functioning Malay sultanate, Brunei proclaimed Malay Islamic Monarchy as its national philosophy. In Malaysia, where the sovereignty of individual subnational Malay sultanates and the position of Islam are preserved, a Malay identity is defined in Article 160 of the Constitution of Malaysia.
rdf:langString Kemelayuan (bahasa Inggris: Malayness Jawi: كملايوان) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan menjadi Melayu, atau mewujudkan karakteristik Melayu, dan digunakan untuk merujuk pada apa yang mengikat dan membedakan orang-orang Melayu dan membentuk dasar persatuan dan identitas mereka. Orang-orang yang menyebut diri mereka Melayu ditemukan di banyak negara di Asia Tenggara, disatukan oleh identitas bersama yang abstrak namun terbagi oleh batas-batas politik, sejarah yang berbeda, dialek berbeda, dan kekhasan pengalaman lokal. Sementara istilah 'Melayu' banyak digunakan dan mudah dipahami di wilayah ini, namun tetap terbuka terhadap berbagai interpretasi karena karakteristiknya yang bervariasi dan berubah-ubah. "Melayu" sebagai identitas, atau kebangsaan, dianggap sebagai salah satu konsep yang paling menantang dan membingungkan di dunia Asia Tenggara yang multi-etnis . Sebagian besar etos identitas Melayu dianggap berasal dari kekuasaan Kesultanan Melaka pada abad ke-15. Setelah jatuhnya Melaka pada tahun 1511, gagasan Kemelayuan berkembang dalam dua cara: mengklaim garis keturunan kerajaan atau mengakui keturunan dari Sriwijaya dan Melaka, dan merujuk pada diaspora komersial pluralistik di sekitar lingkaran dunia Melayu yang mempertahankan bahasa, adat kebiasaan, dan perdagangan Melayu di emporium Melaka. Pada pertengahan abad ke-20, konsep anti kolonialisme Barat mengenai Kemelayuan romantis telah menjadi komponen integral dari nasionalisme Melayu, yang berhasil mengakhiri pemerintahan Britania di Malaya. Saat ini, pilar-pilar Kemelayuan yang paling umum diterima; Majelis Raja-Raja, bahasa dan kebudayaan Melayu, dan Islam, dilembagakan di kedua negara mayoritas Melayu, Brunei dan Malaysia. Sebagai kesultanan Melayu yang masih berfungsi penuh, Brunei memproklamasikan sebagai falsafah nasionalnya. Di Malaysia, di mana supremasi kesultanan Melayu individual dan posisi Islam dilindungi, suatu identitas Melayu didefinisikan dalam .
xsd:nonNegativeInteger 18399

data from the linked data cloud