Corruption charges against Suharto

http://dbpedia.org/resource/Corruption_charges_against_Suharto

对苏哈托的贪污指控(英語:Corruption charges against Suharto)印度尼西亚第二任总统苏哈托自1998年下台之后,印尼政府开始调查有关他家族的财产。国际独立倡廉组织“透明国际”于2004年称,苏哈托家产达350亿美元,贪款远高于菲律宾前总统费迪南德·马科斯及扎伊尔前总统蒙博托·塞塞·塞科。 2006年5月12日,印尼总检察长Abdul Rahman Saleh宣布,鉴于苏哈托健康状况正在恶化,总检察院停止对其涉嫌贪污案的司法审查程序。2008年1月27日,苏哈托因多个器官衰竭在雅加达的医院去世,终年86岁。 rdf:langString
اتهامات الفساد ضد سوهارتو رُكز التحقيق في اتهامات الفساد ضد الرئيس الإندونيسي السابق سوهارتو بشكل رئيسي على الفساد الذي ارتكبه خلال حكمه الذي دام 32 عاما. في تقرير الشفافية العالمية الذي أعدته منظمة الشفافية الدولية في عام 2004، تم تصنيفه في المرتبة الأولى بين أكثر القادة فسادًا، مما تسبب في خسارة من 15 إلى 35 مليار دولار أمريكي من أموال الدولة. rdf:langString
Investigations into allegations of corruption against Indonesian former president/dictator Suharto began immediately after his 32-year rule. In Global Transparency Report, made by Transparency International in 2004, he was ranked as the world’s most corrupt leader. The report accused Suharto of causing losses of US$15–35 billion for the Indonesian government. rdf:langString
Kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang negara oleh 7 yayasan yang diketuainya, yaitu , Yayasan Supersemar, (Dharmais), (Dakab), , , . Pada tahun 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk . Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999 rdf:langString
rdf:langString اتهامات الفساد ضد سوهارتو
rdf:langString Corruption charges against Suharto
rdf:langString Kasus dugaan korupsi Soeharto
rdf:langString 对苏哈托的贪污指控
xsd:integer 49351462
xsd:integer 1121839396
rdf:langString اتهامات الفساد ضد سوهارتو رُكز التحقيق في اتهامات الفساد ضد الرئيس الإندونيسي السابق سوهارتو بشكل رئيسي على الفساد الذي ارتكبه خلال حكمه الذي دام 32 عاما. في تقرير الشفافية العالمية الذي أعدته منظمة الشفافية الدولية في عام 2004، تم تصنيفه في المرتبة الأولى بين أكثر القادة فسادًا، مما تسبب في خسارة من 15 إلى 35 مليار دولار أمريكي من أموال الدولة. ترأس سوهارتو العديد من المنظمات التي أسست باستمرار خلال فترة حكمه، مع وظائف مختلفة كانت لهذه المؤسسات، بما في ذلك توفير التعليم والصحة والدعم للمحاربين القدامى الذين قاتلوا في تريكورا. يشتبه في أن كل تلك المنظمات تتلقى أموالاً تم اختلاسها من أموال الدولة.
rdf:langString Investigations into allegations of corruption against Indonesian former president/dictator Suharto began immediately after his 32-year rule. In Global Transparency Report, made by Transparency International in 2004, he was ranked as the world’s most corrupt leader. The report accused Suharto of causing losses of US$15–35 billion for the Indonesian government. Suharto headed several organizations during his rule, with various functions, including to provide educational, health, and give support for veterans of Trikora. All of these organizations were suspected of receiving illicit funds, which was embezzled from the state.
rdf:langString Kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang negara oleh 7 yayasan yang diketuainya, yaitu , Yayasan Supersemar, (Dharmais), (Dakab), , , . Pada tahun 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk . Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999 Uang negara Rp400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara tahun 1996 dan 1998. Asalnya dari pos Dana Reboisasi Departemen Kehutanan dan pos bantuan presiden. Dalam berkas kasus Soeharto, terungkap bahwa Haryono Suyono, yang saat itu Menteri Negara Kependudukan dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, mengalihkan dana itu untuk yayasan. Ketika itu, dia masih menjadi wakil ketua di Dana Mandiri. Bambang Trihatmodjo, yang menjadi bendahara yayasan ini, bersama Haryono, ternyata mengalirkan lagi dana Rp400 miliar yang telah masuk ke yayasan itu ke dua bank miliknya, dan Bank Andromeda, pada 1996-1997, dalam bentuk deposito. Dari data dalam berkas Soeharto, Bob Hasan paling besar merugikan keuangan negara, diduga mencapai Rp 3,3 triliun. Hal ini juga terungkap dari pengakuan Ali Affandi, Sekretaris Yayasan Supersemar, ketika diperiksa sebagai saksi kasus Soeharto. Dia membeberkan, Yayasan Supersemar, , dan memiliki saham di 27 perusahaan milik Bob Hasan. Sebagian saham itu masih atas nama Bob Hasan pribadi, bukan yayasan. Hutomo Mandala Putra, putra bungsu Soeharto bersama bersama , pernah memanfaatkan nama Yayasan Supersemar untuk mendapatkan lahan 144 hektare di Citeureup, Bogor, guna pembangunan Sirkuit Sentul. Sebelumnya, Tommy dan Tinton berusaha menguasai tanah itu lewat Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tetapi gagal. Selain itu, dua anak lainnya yakni Bambang Trihatmodjo juga menguasai lahan ribuan hektare melalui PT Bukit Jonggol Asri dan PT Bimantara di wilayah Jonggol, Bogor seperti di desa Singajaya, Sukamaju, Pabuaran, Selawangi, Sukadamai, Sukarasa dan Sukawangi yang di bebaskan oleh Pemprov Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Sementara Putri Bungsu Soeharto, Siti Hutami Endang Adiningsih menguasai lahan sekitar 2000 hektare yang tersebar disekitar Cileungsi seperti Klapanunggal, Setusari, Bojong, serta di Jonggol seperti Singasari, dan Cibodas. Soeharto dituduh oleh sebagian orang seperti Ferdinand Marcos, mantan Presiden Filipina dan Mobotu Sese Seko, mantan Presiden Zaire. Estimasi jumlah nominal yang dituduhkan dikorupsi oleh Soeharto berkisar di $15 miliar sampai $35 miliar. Namun, hal ini akhirnya digugat oleh Presiden Soeharto dan Majalah Time kalah dan dihukum membayar ganti rugi sebesar Rp1 Triliun. Meskipun akhirnya ganti rugi ini dibatalkan dalam putusan kasasi di Mahkamah Agung.
rdf:langString 对苏哈托的贪污指控(英語:Corruption charges against Suharto)印度尼西亚第二任总统苏哈托自1998年下台之后,印尼政府开始调查有关他家族的财产。国际独立倡廉组织“透明国际”于2004年称,苏哈托家产达350亿美元,贪款远高于菲律宾前总统费迪南德·马科斯及扎伊尔前总统蒙博托·塞塞·塞科。 2006年5月12日,印尼总检察长Abdul Rahman Saleh宣布,鉴于苏哈托健康状况正在恶化,总检察院停止对其涉嫌贪污案的司法审查程序。2008年1月27日,苏哈托因多个器官衰竭在雅加达的医院去世,终年86岁。
xsd:nonNegativeInteger 4897

data from the linked data cloud