Bandung Sea of Fire

http://dbpedia.org/resource/Bandung_Sea_of_Fire an entity of type: WikicatUrbanFires

The Bandung Sea of Fire (Indonesian: Bandung Lautan Api) refers to the deliberate burning of much of the southern side of the city of Bandung by retreating Indonesian Republican troops during the Indonesian National Revolution. rdf:langString
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri dalam peristiwa tersebut , kemudian meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu yang dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. rdf:langString
La Mer de feu de Bandung fut la destruction délibérée par le feu de toute la partie sud de la ville de Bandung lors de la révolution indonésienne par les révolutionnaires républicains indonésiens. Elle fut la réponse donné au commandement britannique qui avait posé un ultimatum aux Indonésiens leur enjoignant de quitter la ville. Ce que les Indonésiens appellent Bandung Lautan Api eut lieu le 24 mars 1946 et devint l'un des événements les plus marquants de la révolution. C'est pendant cette période d'évacuation qu'un membre de l'armée révolutionnaire, , devint un héros national en dynamitant le quartier général néerlandais à . rdf:langString
Bandung Lautan Api (Nederlands: De Bandung Vuurzee) was een gebeurtenis op 24 maart 1946 waarbij een groot deel van de zuidkant van de Indonesische stad Bandung bewust in brand gestoken werd door de terugtrekkende Indonesische republikeinen tijdens de Indonesische nationale revolutie. rdf:langString
rdf:langString Bandung Sea of Fire
rdf:langString Mer de feu de Bandung
rdf:langString Bandung Lautan Api
rdf:langString Bandung Lautan Api
xsd:float -6.916666507720947
xsd:float 107.5833358764648
xsd:integer 9590325
xsd:integer 1106603652
rdf:langString Southern part of Bandung was burned down by Indonesian militias
xsd:gMonthDay --03-24
xsd:integer 300
rdf:langString the Indonesian National Revolution
rdf:langString Indonesian Army
rdf:langString Bandung Sea of Fire
xsd:string -6.916666666666667 107.58333333333333
rdf:langString The Bandung Sea of Fire (Indonesian: Bandung Lautan Api) refers to the deliberate burning of much of the southern side of the city of Bandung by retreating Indonesian Republican troops during the Indonesian National Revolution. Following the Indonesian declaration of independence, tensions and fighting in the city of Bandung began to emerge between the newly formed Indonesian armed forces (People's Security Agency and its successors) and Indonesian nationalist youths on one side, with Japanese and British forces on the other. After initial success in Japanese attempts to gain control of the city in October, the arrival of British forces resulted in continued fighting, which initially resulted in a stalemate where Bandung was divided into the British-controlled north and Indonesian-controlled south. Following an ultimatum to militarily evacuate South Bandung in March 1946, Indonesian forces conducted a general evacuation of the area involving hundreds of thousands of civilians, burning down various buildings and looting warehouses to deny British, and later Dutch, forces the use of the buildings and supplies.
rdf:langString La Mer de feu de Bandung fut la destruction délibérée par le feu de toute la partie sud de la ville de Bandung lors de la révolution indonésienne par les révolutionnaires républicains indonésiens. Elle fut la réponse donné au commandement britannique qui avait posé un ultimatum aux Indonésiens leur enjoignant de quitter la ville. Ce que les Indonésiens appellent Bandung Lautan Api eut lieu le 24 mars 1946 et devint l'un des événements les plus marquants de la révolution. C'est pendant cette période d'évacuation qu'un membre de l'armée révolutionnaire, , devint un héros national en dynamitant le quartier général néerlandais à . * Portail de l’Indonésie * Portail des Pays-Bas * Portail du Royaume-Uni * Portail de l’histoire militaire
rdf:langString Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri dalam peristiwa tersebut , kemudian meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu yang dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR (Tentara Keamanan Rakyat), diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) tidak dapat dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata. Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumi hangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumi-hanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 12 Malam, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Namun, api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Pembumi-hangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini menginspirasi Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu Halo, Halo Bandung menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan. Beberapa tahun kemudian, lagu Halo, Halo Bandung menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api. Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumi-hangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut. "Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air."-A.H Nasution, 1 Mei 1997 Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu , menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi. Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".
rdf:langString Bandung Lautan Api (Nederlands: De Bandung Vuurzee) was een gebeurtenis op 24 maart 1946 waarbij een groot deel van de zuidkant van de Indonesische stad Bandung bewust in brand gestoken werd door de terugtrekkende Indonesische republikeinen tijdens de Indonesische nationale revolutie. De aanleiding voor de Bandung Lautan Api was nadat door de Britse bevelhebber in Bandung een ultimatum werd gesteld voor de Indonesische strijders in Bandung om de stad te verlaten. In reactie daarop werd het zuidelijk deel van Bandung in brand gestoken tijdens een daad van verzet door de terugtrekkende Indonesische republikeinen toen ze vertrokken. Tijdens de brand werd het revolutionaire lied Halo-Halo Bandung gezongen door honderden Indonesische nationalisten in Bandung. Tijdens de evacuaties in maart 1946, smokkelde Mohammad Toha, een lid van de Indonesische milities, een aantal staven dynamiet in het Nederlandse militaire hoofdkwartier in . Hij blies zichzelf op in het bijbehorende munitiedepot, waarbij hij en diverse Nederlandse en Japanse soldaten om het leven kwamen. De explosie creëerde een meertje ('situ') in Dayeuh Kolot. De belangrijkste straat in het gebied Jalan Mohammad Toha, is naar hem vernoemd.
xsd:nonNegativeInteger 18904
<Geometry> POINT(107.58333587646 -6.9166665077209)

data from the linked data cloud