Sudirman

http://dbpedia.org/resource/Sudirman an entity of type: Thing

Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman (EYD: Sudirman; 24 Januari 1916 – 29 Januari 1950) adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia adalah sosok yang dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi. Soedirman sangat dihormati oleh masyarakat karena ketaatan rdf:langString
Le général Sudirman, ou Soedirman dans sa graphie originale (24 janvier 1916 - 29 janvier 1950), était le commandant de l'armée indonésienne pendant la période de confrontation armée avec les Hollandais qui suivit la proclamation de l'indépendance de l'Indonésie, de 1945 à 1949. Durant l'occupation japonaise des Indes orientales néerlandaises, Sudirman entre dans la PETA (Pembela Tanah Air, "défenseurs de la patrie"), un corps de supplétifs indigènes formé par les Japonais dans l'éventualité d'un débarquement des Alliés occidentaux. Il devient commandant de bataillon. rdf:langString
General of the Army Raden Sudirman (Old Spelling: Soedirman; 24 January 1916 – 29 January 1950) was a high-ranking Indonesian military officer during the Indonesian National Revolution. The first commander of the Indonesian National Armed Forces, he continues to be widely respected in the country. rdf:langString
スディルマン(ラテン文字:SudirmanまたはSoedirman、1916年1月24日 - 1950年1月29日)は、インドネシアの軍人である。スディルマンはインドネシア独立戦争においてインドネシア軍を最高司令官として率いた人物であり、インドネシアでは広く尊敬され続けている人物である。スディルマンは1916年にオランダ領東インドのプルバリンガで生まれた後、(貴人)であった叔父に養子として引き取られた。1916年に家族とともにチラチャプへと引っ越すと、スディルマンは勤勉な学生として成長した。彼はイスラム組織ムハマディヤが運営するスカウトプログラムなどの課外活動にも非常に積極的であった。中等学校在籍時、スディルマンはリーダーシップとグループ組織化の技能を示し、イスラム教への献身的な態度からコミュニティ内で尊敬されるようになった。教育大学を退学した後の1936年、スディルマンは教師として働き始め、後にムハマディヤが運営する小学校の校長となった。スディルマンは他にもいくつかのムハマディヤ計画に参加しており、1937年にはムハマディヤ青年隊の隊長となった。1942年に日本がオランダ領東インドを占拠した後、スディルマンは教師を続けた。1944年、スディルマンは日本主導で結成された郷土防衛義勇軍(PETA)にバニュマス大隊長として参加した。大隊長として、スディルマンは僚友の兵士による反逆を鎮圧したが、後にボゴールに拘留された。 rdf:langString
Generaal Soedirman (Rembang, 24 januari 1916 - Magelang, 29 januari 1950), in de moderne spelling Sudirman, was de Indonesische opperbevelhebber tijdens de strijd om de onafhankelijkheid (1945-1950). Hij was voor de Tweede Wereldoorlog gewoon leraar te Cilacap, maar werd tijdens de Japanse bezetting van Indonesië commandant van het zogenaamde 'peta'-bataljon, het door de Japanners opgerichte ondersteuningsleger. Na het uitroepen van de onafhankelijkheid in 1945 vocht hij succesvol (onder anderen met zijn overste Soeharto) tegen eerst de Engelsen en later de Nederlanders. Hierdoor werd hij al op 12 november 1945 gekozen tot opperbevelhebber.Hij heeft de jaren van strijd veelal in een draagbaar doorgebracht aangezien hij ernstig leed aan tbc, waaraan hij uiteindelijk ook is overleden. rdf:langString
Судирман (индон. Sudirman, Soedirman; 24 января 1916 — 29 января 1950) — индонезийский военный деятель, главнокомандующий Национальной армией Индонезии, возглавлявший вооружённые силы страны в период войны за независимость. Первый и, по состоянию на начало 2015 года, самый молодой генерал в индонезийской армии. Национальный герой Индонезии. rdf:langString
rdf:langString Sudirman
rdf:langString Soedirman
rdf:langString Sudirman
rdf:langString スディルマン
rdf:langString Soedirman
rdf:langString Судирман
rdf:langString Sudirman
rdf:langString Sudirman
xsd:float -7.802777767181396
xsd:float 110.3838882446289
xsd:integer 36078060
xsd:integer 1121569368
xsd:integer 1944
rdf:langString A hastily scrawled signature
rdf:langString Signature of Sudirman.svg
rdf:langString #F9F9F9
rdf:langString Indonesia
rdf:langString
rdf:langString A black and white picture of a man in a suit and peci looking forward
rdf:langString * World War II * Indonesian National Revolution **Battle of Ambarawa **Operation Product
rdf:langString #F9F9F9
xsd:date 1916-01-24
xsd:integer 1
xsd:date 1950-01-29
xsd:gMonthDay --12-19
rdf:langString (Sudirman's radio address, from )
rdf:langString (No. 1/PB/D/48)
rdf:langString Tactical Order
<perCent> 40.0
xsd:string -7.802777777777778 110.38388888888889
rdf:langString Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman (EYD: Sudirman; 24 Januari 1916 – 29 Januari 1950) adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia adalah sosok yang dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi. Soedirman sangat dihormati oleh masyarakat karena ketaatannya pada Islam. Setelah berhenti kuliah keguruan, pada 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Selama menjabat, Soedirman bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan, hingga kemudian diasingkan ke Bogor. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Soedirman melarikan diri dari pusat penahanan, kemudian pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Ia ditugaskan untuk mengawasi proses penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas, yang dilakukannya setelah mendirikan divisi lokal Badan Keamanan Rakyat. Pasukannya lalu dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo, dan Soedirman bertanggung jawab atas divisi tersebut. Pada tanggal 12 November 1945, dalam sebuah pemilihan untuk menentukan panglima besar TKR di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima besar, sedangkan Oerip, yang telah aktif di militer sebelum Soedirman lahir, menjadi kepala staff. Sembari menunggu pengangkatan, Soedirman memerintahkan serangan terhadap pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa. Pertempuran ini dan penarikan diri tentara Inggris menyebabkan semakin kuatnya dukungan rakyat terhadap Soedirman, dan ia akhirnya diangkat sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember. Selama tiga tahun berikutnya, Soedirman menjadi saksi kegagalan negosiasi dengan tentara kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, yang pertama adalah Perjanjian Linggarjati – yang turut disusun oleh Soedirman – dan kemudian Perjanjian Renville yang menyebabkan Indonesia harus mengembalikan wilayah yang diambilnya dalam Agresi Militer I kepada Belanda dan penarikan 35.000 tentara Indonesia. Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk upaya kudeta pada 1948. Ia kemudian menyalahkan peristiwa-peristiwa tersebut sebagai penyebab penyakit tuberkulosis-nya; karena infeksi tersebut, paru-paru kanannya dikempeskan pada bulan November 1948. Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Soedirman keluar dari rumah sakit, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Pada saat pemimpin-pemimpin politik berlindung di kraton sultan, Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi Soedirman dan pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, di dekat Gunung Lawu. Dari tempat ini, ia mampu mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Meskipun ingin terus melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda, ia dilarang oleh Presiden Soekarno. Penyakit TBC yang diidapnya kambuh; ia pensiun dan pindah ke Magelang. Soedirman wafat kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Kematian Soedirman menjadi duka bagi seluruh rakyat Indonesia. Bendera setengah tiang dikibarkan dan ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan prosesi upacara pemakaman. Soedirman terus dihormati oleh rakyat Indonesia. Perlawanan gerilyanya ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit de corps bagi tentara Indonesia, dan rute gerilya sepanjang 100-kilometer (62 mi) yang ditempuhnya harus diikuti oleh taruna Indonesia sebelum lulus dari Akademi Militer. Soedirman ditampilkan dalam uang kertas rupiah keluaran 1968, dan namanya diabadikan menjadi nama sejumlah jalan, universitas, museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
rdf:langString General of the Army Raden Sudirman (Old Spelling: Soedirman; 24 January 1916 – 29 January 1950) was a high-ranking Indonesian military officer during the Indonesian National Revolution. The first commander of the Indonesian National Armed Forces, he continues to be widely respected in the country. Born in Purbalingga, Dutch East Indies, Sudirman moved to Cilacap in 1916 and was raised by his uncle. A diligent student at a Muhammadiyah-run school, he became respected within the community for his devotion to Islam. After dropping out of teacher's college, in 1936 he began working as a teacher, and later headmaster, at a Muhammadiyah-run elementary school. After the Japanese occupied the Indies in 1942, Sudirman continued to teach, before joining the Japanese-sponsored Defenders of the Homeland as a battalion commander in Banyumas in 1944. In this position he put down a rebellion by his fellow soldiers, but was later interned in Bogor. After Indonesia proclaimed its independence on 17 August 1945, Sudirman led a break-out then went to Jakarta to meet President Sukarno. Tasked with overseeing the surrender of Japanese soldiers in Banyumas, he established a division of the People's Safety Body there. On 12 November 1945, at an election to decide the military's commander-in-chief in Yogyakarta, Sudirman was chosen over Oerip Soemohardjo in a close vote. While waiting to be confirmed, Sudirman ordered an assault on British and Dutch forces in Ambarawa. The ensuing battle and British withdrawal strengthened Sudirman's popular support, and he was ultimately confirmed on 18 December. During the following three years Sudirman saw negotiations with the returning Dutch colonial forces fail, first after the Linggadjati Agreement – which Sudirman participated in drafting – and then the Renville Agreement; he was also faced with internal dissent, including a 1948 coup d'état attempt. He later blamed these issues for his tuberculosis, which led to his right lung collapsing in November 1948. On 19 December 1948, several days after Sudirman's release from the hospital, the Dutch launched an assault on the capital. Sudirman and a small contingent escaped Dutch forces and left the city, making their headquarters at Sobo, near Mount Lawu. There Sudirman commanded military activities throughout Java, including a show of force in Yogyakarta on 1 March 1949. When the Dutch began withdrawing, in July 1949 Sudirman was recalled to Yogyakarta and forbidden to fight further. In late 1949 Sudirman's tuberculosis relapsed, and he retired to Magelang, where he died slightly more than a month after the Dutch recognised Indonesia's independence. He is buried at Semaki Heroes' Cemetery in Yogyakarta. Sudirman's death was mourned throughout Indonesia, with flags flown at half-mast and thousands gathering to see his funeral convoy and procession. He continues to be highly respected in Indonesia. His guerrilla campaign has been credited with developing the army's esprit de corps, and the 100-kilometre (62 mi) long route he took must be followed by Indonesian cadets before graduation. Sudirman featured prominently on the 1968 series of rupiah banknotes, and has numerous streets, museums, and monuments named after him. On 10 December 1964, he was declared a National Hero of Indonesia.
rdf:langString Le général Sudirman, ou Soedirman dans sa graphie originale (24 janvier 1916 - 29 janvier 1950), était le commandant de l'armée indonésienne pendant la période de confrontation armée avec les Hollandais qui suivit la proclamation de l'indépendance de l'Indonésie, de 1945 à 1949. Né dans la province de Java central, dans le village de Bodas Karangjati, il fréquente la Hollandsch-Inlandsche School ("école hollandaise pour indigènes") de Purwokerto, puis l'école normale d'institeur de l'organisation musulmane Muhammadiyah à Surakarta. Il est ensuite instituteur à l'école de la Muhammadiyah de Cilacap. Durant l'occupation japonaise des Indes orientales néerlandaises, Sudirman entre dans la PETA (Pembela Tanah Air, "défenseurs de la patrie"), un corps de supplétifs indigènes formé par les Japonais dans l'éventualité d'un débarquement des Alliés occidentaux. Il devient commandant de bataillon. Après la capitulation du Japon le 15 août 1945 et la proclamation de l'indépendance le 17 août par Soekarno et Hatta, il transforme son bataillon en un régiment de la tout jeune armée indonésienne, basé à Banyumas près de Purwokerto. Le 12 novembre 1945, Sudirman est nommé commandant en chef de l'armée, poste qu'il occupera jusqu'à sa mort. Sa première bataille a lieu en novembre-décembre 1945 à Ambarawa dans le centre de Java, contre les troupes britanniques et néerlandaises. Le 12 décembre, il attaque les positions britanniques à Ambarawa, les forçant à se replier sur Semarang la capitale de la province, située sur la côte nord de Java. La bataille prend fin le 16 décembre. Atteint de tuberculose, Sudirman n'en dirigera pas moins la lutte de guérilla contre les Hollandais. Il mène la résistance à l'attaque hollandaise de décembre 1948 contre Yogyakarta, alors capitale de la République d'Indonésie. Theodore Friend (2003) le décrit comme ayant « ...a strangely blended samurai discipline, Marxist disposition, and raw courage ». Il meurt à Magelang le 29 janvier 1950 et est enterré au cimetière militaire de Semaki à Yogyakarta.
rdf:langString スディルマン(ラテン文字:SudirmanまたはSoedirman、1916年1月24日 - 1950年1月29日)は、インドネシアの軍人である。スディルマンはインドネシア独立戦争においてインドネシア軍を最高司令官として率いた人物であり、インドネシアでは広く尊敬され続けている人物である。スディルマンは1916年にオランダ領東インドのプルバリンガで生まれた後、(貴人)であった叔父に養子として引き取られた。1916年に家族とともにチラチャプへと引っ越すと、スディルマンは勤勉な学生として成長した。彼はイスラム組織ムハマディヤが運営するスカウトプログラムなどの課外活動にも非常に積極的であった。中等学校在籍時、スディルマンはリーダーシップとグループ組織化の技能を示し、イスラム教への献身的な態度からコミュニティ内で尊敬されるようになった。教育大学を退学した後の1936年、スディルマンは教師として働き始め、後にムハマディヤが運営する小学校の校長となった。スディルマンは他にもいくつかのムハマディヤ計画に参加しており、1937年にはムハマディヤ青年隊の隊長となった。1942年に日本がオランダ領東インドを占拠した後、スディルマンは教師を続けた。1944年、スディルマンは日本主導で結成された郷土防衛義勇軍(PETA)にバニュマス大隊長として参加した。大隊長として、スディルマンは僚友の兵士による反逆を鎮圧したが、後にボゴールに拘留された。 1945年8月17日にインドネシアが独立を宣言すると、スディルマンは拘留場から開放され、スカルノ大統領と面会するためジャカルタへと向かった。スディルマンはバニュマスにいる日本兵投降者を監督する役目を与えられ、人民安全保障軍の地方支部創設の後これを遂行した。暫定総司令官ウリプ・スモハルジョにより、彼は10月20日に当時自身が所属していた第5管区の部隊長に命じられた。1945年11月12日、ジョグジャカルタで軍の最高司令官を決定する会議が行われ、スディルマンは選挙によりウリプを破って最高司令官に選出された。スディルマンが生まれる前に既に軍人であったウリプは参謀長に任命された。承認を待つ間、スディルマンはアンバラワに陣取るイギリス軍とオランダ軍に対する攻撃を指示した。続く戦闘とイギリスの撤退によりスディルマンは民衆から大きく支持され、最終的に彼は12月18日に総司令官就任を承認された。続く3年間、スディルマンはオランダ植民地軍との交渉、一度目は自身が起草に参加したリンガジャティ協定、そしてレンヴィル協定(この協定により、オランダ軍の商品作戦が発動され35,000のインドネシア部隊の撤退期間中にインドネシアが元来治めていた土地を取り上げられることとなった)が失敗に終わる状況を目撃した。彼は内部から反発も受けており、この中には1948年のクーデター計画も含まれている。彼は後のこれらの問題を自身の結核に責があるとしている。結核により、彼は1948年11月に右肺のを受けている。 スディルマンが病院から退院した数日後の1948年12月19日、オランダはジョグジャカルタ制圧を試みるを発動した。政治指導者層がスルタンの宮殿に防御拠点を作る間、小隊の隊長であったスディルマンと彼の隊、従医は南進し7ヶ月に渡るゲリラ戦を開始した。当初オランダ軍による追撃が行われたが、スディルマンはこれを回避してラウ山付近にあるソボに拠点を構え、これによりスディルマンはジャワにおいて軍事行動命令が可能となった。この中には1949年3月1日にスハルト中将により行われたジョグジャカルタ示威行動も含まれている。オランダ軍が撤退を始めた1949年7月、スディルマンはジョグジャカルタへと呼び戻された。スディルマンはオランダ部隊との戦闘を継続することを望んでいたが、これはスカルノにより禁止された。スディルマンは結核を再発、これによりスディルマンはで余生を過ごすこととなった。彼はオランダがインドネシア独立を承認したわずか数カ月後に死亡した。彼はジョグジャカルタにある(スマキ英雄墓地)に埋葬された。スディルマンの死はインドネシア中で悲しまれることとなり、半旗が掲げられ、葬儀の車列とその列を見送るために数千人が集まった。彼はインドネシアにおいて高く尊敬され続けている。彼が主導したゲリラ戦は軍の士気高揚に利用されており、スディルマンが行軍した100kmの長い道のりはインドネシア軍の士官候補生が卒業前にたどることが必須となっている。スディルマンは1968年に発行されたルピア紙幣に肖像画が使用されている他、数多くの通り、博物館、モニュメントに彼の名前がつけられている。1964年12月10日、スディルマンはインドネシア国家英雄となった。
rdf:langString Generaal Soedirman (Rembang, 24 januari 1916 - Magelang, 29 januari 1950), in de moderne spelling Sudirman, was de Indonesische opperbevelhebber tijdens de strijd om de onafhankelijkheid (1945-1950). Hij was voor de Tweede Wereldoorlog gewoon leraar te Cilacap, maar werd tijdens de Japanse bezetting van Indonesië commandant van het zogenaamde 'peta'-bataljon, het door de Japanners opgerichte ondersteuningsleger. Na het uitroepen van de onafhankelijkheid in 1945 vocht hij succesvol (onder anderen met zijn overste Soeharto) tegen eerst de Engelsen en later de Nederlanders. Hierdoor werd hij al op 12 november 1945 gekozen tot opperbevelhebber.Hij heeft de jaren van strijd veelal in een draagbaar doorgebracht aangezien hij ernstig leed aan tbc, waaraan hij uiteindelijk ook is overleden. Hij ligt begraven op het ereveld van Semaki te Jogjakarta. Zijn naam wordt in het huidige Indonesië in ere gehouden en is hij een nationale held. Er zijn veel straten naar hem vernoemd, en ook het station Sudirman in Jakarta.
rdf:langString Судирман (индон. Sudirman, Soedirman; 24 января 1916 — 29 января 1950) — индонезийский военный деятель, главнокомандующий Национальной армией Индонезии, возглавлявший вооружённые силы страны в период войны за независимость. Первый и, по состоянию на начало 2015 года, самый молодой генерал в индонезийской армии. Национальный герой Индонезии. Родился в деревне Бодас-Карангьяти в Восточной Яве; в 1916 году переехал в , где был передан родителями на воспитание дяде. Учился в средней школе Виротомо, позже поступил в педагогический колледж мусульманской организации «Мухаммадия», однако был вынужден бросить учёбу из-за недостатка средств. С 1936 года работал сначала учителем, затем директором в начальной школе «Мухаммадии». После японской оккупации Индонезии продолжил преподавательскую работу, оставив её в 1944 году, после поступления на службу в ополчение . В ПЕТА был командиром батальона; демонстрировал верность японцам, подавив антияпонское восстание своих сослуживцев, однако после его подавления был интернирован оккупационными властями. После провозглашения независимости Индонезии стал командующим Пятой дивизией индонезийской армии. 12 ноября 1945 года на съезде командования армии избран главнокомандующим. 18 декабря утверждён на этом посту президентом Сукарно; большую роль в признании индонезийским руководством полководческого таланта Судирмана сыграла его победа в . Во время войны за независимость Индонезии был сторонником жёсткой линии в отношениях с Нидерландами, выступал против любых соглашений с бывшей метрополией и за войну с ней до победного конца. В декабре 1948 года, после захвата голландцами временной столицы страны — Джокьякарты, возглавил антиголландское партизанское движение. Под его руководством индонезийские партизаны нанесли значительный материальный ущерб врагу, а также способствовали падению международного авторитета Нидерландов, что в итоге вынудило нидерландское правительство пойти на переговоры. Наиболее известной партизанской акцией того времени считается спланированная Судирманом операция по возвращению Джокьякарты, проведённая 1 мая 1949 года. После завершения активной фазы гражданской войны отошёл от дел из-за обострения туберкулёза; скончался от него 29 января 1950 года в Магеланге, похоронен в Джокьякарте на . Фигура Судирмана пользуется значительным уважением в Индонезии: в честь него названы множество улиц, по всей стране есть памятники ему и музеи в его честь. Кроме того, Судирман изображается на банкнотах национальной валюты — индонезийской рупии. 10 декабря 1964 года ему было присвоено звание Национального героя Индонезии.
xsd:string Empire of Japan(1944–1945)
xsd:string Indonesia (1945–1950)
xsd:gYear 1950
xsd:gYear 1944
xsd:nonNegativeInteger 75098
<Geometry> POINT(110.38388824463 -7.8027777671814)

data from the linked data cloud