Perkasa Alam Syarif Lamtui
http://dbpedia.org/resource/Perkasa_Alam_Syarif_Lamtui an entity of type: Thing
Perkasa Alam Syarif Lamtui or Badr ul-Alam Syarif Lamtui ul-Mutaawi Jamal ul-Lail (died after 1712) was the nineteenth sultan of Aceh in northern Sumatra and ruled briefly in 1702-1703. Perkasa Alam was the son of an Arab of sayyid ancestry, Ibrahim Jamal ul-Lail. A somewhat doubtful source mentions him as the nephew of a previous ruler, Sultana Kamalat Syah (r. 1688-1699). When his older brother Badr ul-Alam Syarif Hasyim Jamaluddin abdicated in 1702 a short interregnum followed. It was only after Badr ul-Alam's death in the same year that the parties agreed to enthrone Perkasa Alam.
rdf:langString
Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui atau dikenal sebagai Sultan Badrul Alam Syarif Lamtui al-Mutaawi Jamalul Lail (meninggal setelah 1712) adalah seorang sultan yang memerintah di Kesultanan Aceh pada periode yang singkat pada tahun 1702–1703. Perkasa Alam putra seorang Arab yang bernama Jamalul Lail yang diakui sebagai seorang sayyid yang merupakan keturunan Nabi Muhammad. Sejak tahun 1699 Kesultanan Aceh berada di bawah pemerintahan . Dari satu sumber yang agak diragukan kebenarannya dikatakan bahwa Perkasa Alam adalah kemenakan Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah, sultanah Aceh yang memerintah tahun 1688–1699. Perkasa Alam memerintah ketika kakaknya Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin turun tahta tahun 1702 dan meninggal dunia pada tahun yang sama. Setelah melewati masa transisi yang singk
rdf:langString
rdf:langString
Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui
rdf:langString
Perkasa Alam Syarif Lamtui
rdf:langString
Perkasa Alam Syarif Lamtui
rdf:langString
Perkasa Alam Syarif Lamtui
rdf:langString
Banda Aceh, Aceh Sultanate, Ottoman Empire
rdf:langString
Banda Aceh, Aceh Sultanate, Ottoman Empire
xsd:integer
43209758
xsd:integer
1121816635
rdf:langString
Syarif Ibrahim Jamal ul-Lail
xsd:integer
1702
rdf:langString
Sulṭān of Acèh Darussalam
rdf:langString
Sulṭān of Acèh Darussalam
xsd:integer
1702
rdf:langString
Perkasa Alam Syarif Lamtui or Badr ul-Alam Syarif Lamtui ul-Mutaawi Jamal ul-Lail (died after 1712) was the nineteenth sultan of Aceh in northern Sumatra and ruled briefly in 1702-1703. Perkasa Alam was the son of an Arab of sayyid ancestry, Ibrahim Jamal ul-Lail. A somewhat doubtful source mentions him as the nephew of a previous ruler, Sultana Kamalat Syah (r. 1688-1699). When his older brother Badr ul-Alam Syarif Hasyim Jamaluddin abdicated in 1702 a short interregnum followed. It was only after Badr ul-Alam's death in the same year that the parties agreed to enthrone Perkasa Alam. He was not long on the throne, however. In order to improve the financial position of the court he introduced new taxes and reimposed duties on British traders. The Britons present in Aceh asked for exemption which was refused. British ships then blockaded the port and fired on villages situated at the estuary of the Aceh River. Meanwhile the orang kayas (grandees) and uleëbalangs (chiefs) were dissatisfied with the new levies imposed on the land. Taking advantage of the beleaguered situation of Perkasa Alam they launched a revolt. A son of his predecessor, Alauddin, secured his deposition in June 1703. Two months later he ascended the throne under the title Jamal ul-Alam Badr ul-Munir. Perkasa Alam later stayed in the village Pasanga on the east coast of Aceh. In 1712 he was attacked and expelled by 7,000 troops dispatched by Jamal ul-Alam Badr ul-Munir. He was eventually captured in Tranigain and seems to have been kept in captivity by the new ruler.
rdf:langString
Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui atau dikenal sebagai Sultan Badrul Alam Syarif Lamtui al-Mutaawi Jamalul Lail (meninggal setelah 1712) adalah seorang sultan yang memerintah di Kesultanan Aceh pada periode yang singkat pada tahun 1702–1703. Perkasa Alam putra seorang Arab yang bernama Jamalul Lail yang diakui sebagai seorang sayyid yang merupakan keturunan Nabi Muhammad. Sejak tahun 1699 Kesultanan Aceh berada di bawah pemerintahan . Dari satu sumber yang agak diragukan kebenarannya dikatakan bahwa Perkasa Alam adalah kemenakan Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah, sultanah Aceh yang memerintah tahun 1688–1699. Perkasa Alam memerintah ketika kakaknya Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin turun tahta tahun 1702 dan meninggal dunia pada tahun yang sama. Setelah melewati masa transisi yang singkat setelah meninggalnya Badrul Alam semua pihak di kesultanan sepakat menobatkan Perkasa Alam menjadi sultan. Dia bertahta dalam waktu yang singkat. Pada hari-hari pertama pemerintahannya dia memberlakukan pajak baru guna meningkatkan kondisi keuangan negara. Dia membebankan lagi bea pelabuhan bagi kapal-kapal Inggris yang masuk ke pelabuhan Aceh. Para pedagang Inggris yang merasa keberatan dengan pungutan pajak tersebut melawan dan melakukan pengepungan pelabuhan serta menembaki perkampungan di sekitar muara Krueng Aceh. Sementara para orang kaya dan Uleebalang yang tidak puas terhadap kebijakan sultan memungut pajak yang dikenakan bagi lahan pertanian dan tanah mereka memanfaatkan blokade Inggris itu untuk menggulingkan Perkasa Alam dengan melakukan pemberontakan. Kemudian seorang putra pendahulunya, Alauddin yang sejak masa Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin telah dijanjikan sebagai sultan pengganti menduduki tahta pada bulan Juni tahun 1703. Dua bulan setelah masa transisi Alauddin diresmikan sebagai sultan dengan gelar kemudian ia naik tahta dengan gelar Sultan Jamalul Alam Badrul Munir. Perkasa Alam kemudian pindah dan bermukim di desa Peusangan, sebuah wilayah di pantai utara Aceh. Tetapi pada tahun 1712 dia diserang dan diusir oleh 7.000 tentara yang dikirim oleh Jamalul Alam Badrul-Munir. Dia akhirnya tertangkap di Takengon dan nasibnya bertambah buruk setelah ia ditahan oleh penguasa baru.
xsd:nonNegativeInteger
3851
xsd:gYear
1703
xsd:gYear
1702