Citra Award for Best Director
http://dbpedia.org/resource/Citra_Award_for_Best_Director an entity of type: Thing
The Citra Award for Best Director (Indonesian: Piala Citra untuk Sutradara Terbaik) is an award given at the annual Indonesian Film Festival (FFI) to Indonesian film directors in recognition for their achievement in the previous year. The Citra Awards, described by Screen International as "Indonesia's equivalent to the Oscars", are the country's most prestigious film awards and are intended to recognize achievements in films as well as to draw public interest to the film industry.
rdf:langString
Penghargaan Sutradara Terbaik diberikan dalam Festival Film Indonesia yang diselenggarakan sejak tahun 1955. Di bawah ini adalah daftar penerima penghargaan sutradara terbaik dalam Festival Film Indonesia sejak tahun 1955. Mulai tahun 1979, nama sutradara pemenang diikuti nominasi sutradara terbaik lainnya. Penghargaan Citra, dideskripsikan oleh Screen International sebagai "Oscar-nya Indonesia",
rdf:langString
rdf:langString
Citra Award for Best Director
rdf:langString
Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia
rdf:langString
Citra Award for Best Director
rdf:langString
Citra Award for Best Director
xsd:integer
38952266
xsd:integer
1094164622
rdf:langString
Best Director of the Year
rdf:langString
Current recipient: Joko Anwar
xsd:integer
1955
rdf:langString
The Citra Award for Best Director (Indonesian: Piala Citra untuk Sutradara Terbaik) is an award given at the annual Indonesian Film Festival (FFI) to Indonesian film directors in recognition for their achievement in the previous year. The Citra Awards, described by Screen International as "Indonesia's equivalent to the Oscars", are the country's most prestigious film awards and are intended to recognize achievements in films as well as to draw public interest to the film industry. Joko Anwar is the most recent winner with Impetigore at the 2020 ceremony, his second win to date in the category and fourth overall.
rdf:langString
Penghargaan Sutradara Terbaik diberikan dalam Festival Film Indonesia yang diselenggarakan sejak tahun 1955. Di bawah ini adalah daftar penerima penghargaan sutradara terbaik dalam Festival Film Indonesia sejak tahun 1955. Mulai tahun 1979, nama sutradara pemenang diikuti nominasi sutradara terbaik lainnya. Penghargaan Citra, dideskripsikan oleh Screen International sebagai "Oscar-nya Indonesia", Penghargaan Citra, yang kemudian dikenal sebagai Penghargaan Festival Film Indonesia, pertama kali diberikan di FFI pada awal 1955; pada tahun tersebut, Lilik Sudjio menang dalam kategori Penyutradaraan Terbaik untuk film-nya Tarmina. Pemenang paling terkini adalah Garin Nugroho, yang memenangkan Penghargaan Citra pada FFI 2019 untuk penyutradaraannya pada film Kucumbu Tubuh Indahku. Terdapat 64 sutradara yang masuk nominasi Penghargaan Citra, 24 di antaranya meraih kemenangan setidaknya sebanyak satu kali. Hingga 2012 hampir seluruh pesertanya laki-laki, meskipun sutradara perempuan juga sempat ikut berkompetisi sejak Ida Farida masuk nominasi pada 1989 untuk film percintaan-nya Semua Sayang Kamu. Sutradara yang paling banyak meraih kemenangan di FFI adalah Teguh Karya, yang memenangkan enam penghargaan dari sembilan nominasi yang diawali dengan Cinta Pertama pada 1974, kemudian tahun 1975, 1979, 1983, 1986, dan 1989; sementara nominasi terbanyak dipegang oleh Hanung Bramantyo dengan sebelas nominasi, tetapi dia baru meraih dua kemenangan. Enam sutradara lainnya yang memenangkan Penghargaan Citra lebih dari satu kali (masing-masing dua kali) adalah: Sjumandjaja (1977 dan 1984), Arifin C. Noer (1982 dan 1990), Slamet Rahardjo (1985 dan 1987), Hanung Bramantyo (2005 dan 2007), Mouly Surya (2008 dan 2018), serta Joko Anwar (2015 dan 2020). Empat sutradara: Eduard Pesta Sirait, Sophan Sophiaan, Teddy Soeriaatmadja, dan Upi Avianto telah tiga kali masuk nominasi namun tidak pernah menang. Tercatat lima sutradara mendapatkan lebih dari satu nominasi dalam sebuah tahun tunggal, namun tidak semua memenangkan nominasinya pada tahun tersebut. Arifin C. Noer pada 1980 kalah oleh Frank Rorimpandey, Teguh Karya pada 1985 kalah oleh Slamet Rahardjo. Sedangkan Chaerul Umam (1992) dan Rudy Soedjarwo (2004) berhasil memenangkannya. Sementara itu Hanung Bramantyo melakukannya dua kali; pada 2007 dia berhasil menang, tetapi pada 2011 dia harus mengakui keunggulan Ifa Isfansyah. Pada tahun 2008, dari lima sutradara yang masuk nominasi, empat di antaranya adalah wanita; yaitu: Mouly Surya, Rachmania Arunita, Upi Avianto, dan Viva Westi. Dan pemenangnya adalah Mouly Surya dengan fiksi., sekaligus memenangkan Skenario Terbaik (bersama Joko Anwar). Meskipun demikian, sutradara wanita yang paling banyak mendapatkan nominasi dengan tiga nominasi adalah Upi Avianto (2008, 2013, & 2016) dan Kamila Andini (2011, 2018, & 2021) namun tidak pernah memenangkannya. Mouly sendiri masuk nominasi dua kali (2008 & 2018) dan memenangkan keduanya. Selain Mouly, sutradara wanita lain juga sempat 2 kali masuk nominasi adalah Nia Dinata (2004 & 2006); namun tidak memenangkan nominasinya itu. Dengan kemenangannya pada tahun 2008 (fiksi.), Mouly Surya adalah sutradara wanita pertama yang memenangkan Piala Citra untuk Sutradara Terbaik; dan dengan kemenangannya pada tahun 2018 (Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak), dia menjadi sutradara wanita pertama yang memenangkan penghargaan tersebut dua kali.
xsd:nonNegativeInteger
92371
xsd:gYear
1955