Chinese Muslims in the Second Sino-Japanese War
http://dbpedia.org/resource/Chinese_Muslims_in_the_Second_Sino-Japanese_War
تودد الجنرالات الصينيون واليابانيون للمسلمين الصينيين في الحرب الصينية اليابانية الثانية، لكنهم كانوا يميلون إلى القتال ضد اليابانيين، بدعم أو بدون دعم من المستويات العليا للفصائل الصينية الأخرى. حاولت اليابان الوصول إلى الأقليات العرقية للوقوف إلى جانبهم خلال الحرب الصينية اليابانية الثانية، لكنها نجحت فقط مع مانشوكو ومينتشيانغ.
rdf:langString
Chinese Muslims in the Second Sino-Japanese War were courted by both Chinese and Japanese generals, but tended to fight against the Japanese, with or without the support of higher echelons of other Chinese factions.
rdf:langString
Muslim Tionghoa dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua didekati oleh panglima Tionghoa maupun Jepang, tetapi mereka cenderung mendukung Tiongkok melawan Jepang, dengan ataupun tanpa dukungan dari eselon atas pasukan Tionghoa. Jepang mencoba merangkul etnis minoritas agar mereka mau membantu Jepang selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, tetapi hanya berhasil dengan negara boneka Manchukuo dan Mengjiang.
rdf:langString
rdf:langString
المسلمون الصينيون في الحرب الصينية اليابانية الثانية
rdf:langString
Chinese Muslims in the Second Sino-Japanese War
rdf:langString
Muslim Tionghoa dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua
xsd:integer
33871460
xsd:integer
1120677175
rdf:langString
On this morning in 1937 a reporter was observing a class at the masses literacy school in Huangzhong. The teacher called on a twenty-three-year old student and asked what nationality he was. "I am a Qinghai person from China. No…wait, I am a Chinese person from Qinghai". The teacher corrected the student, stressing that they all were Chinese, and as such, they all were brothers. And they were under attack. Everyone knew what the Japanese armies were doing, the teacher lectured. As a light rain began to fall, a student asked where the famous Commander Ma Biao was. Commander Ma Biao? He was fighting the Japanese down in the east. The cavalry from Qinghai that he commanded had fought well—killing the enemy, taking supplies, and bringing honor to all "Chinese from Qinghai". The students were not to worry. With brave soldiers like Ma Biao, the Japanese aggressors were sure to meet defeat.
rdf:langString
Zhi Kang, "Huangzhong Huijiao cujinhui minzhong shizichu suomiao" [Description of Huangzhong’s Islam Progressive Council’s masses literacy school], Xin xibei 2.1 , 121–122., translation from Qinghai Across Frontiers : : State- and Nation-Building under the Ma Family, 1911–1949 by William Brent Haas, p. 155
rdf:langString
تودد الجنرالات الصينيون واليابانيون للمسلمين الصينيين في الحرب الصينية اليابانية الثانية، لكنهم كانوا يميلون إلى القتال ضد اليابانيين، بدعم أو بدون دعم من المستويات العليا للفصائل الصينية الأخرى. حاولت اليابان الوصول إلى الأقليات العرقية للوقوف إلى جانبهم خلال الحرب الصينية اليابانية الثانية، لكنها نجحت فقط مع مانشوكو ومينتشيانغ.
rdf:langString
Chinese Muslims in the Second Sino-Japanese War were courted by both Chinese and Japanese generals, but tended to fight against the Japanese, with or without the support of higher echelons of other Chinese factions.
rdf:langString
Muslim Tionghoa dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua didekati oleh panglima Tionghoa maupun Jepang, tetapi mereka cenderung mendukung Tiongkok melawan Jepang, dengan ataupun tanpa dukungan dari eselon atas pasukan Tionghoa. Jepang mencoba merangkul etnis minoritas agar mereka mau membantu Jepang selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, tetapi hanya berhasil dengan negara boneka Manchukuo dan Mengjiang. Banyak panglima Muslim Hui seperti Bai Chongxi, Ma Hongbin, Ma Hongkui, dan Ma Bufang yang bertempur melawan Jepang. Jepang mencoba mendekati Ma Bufang, tetapi gagal membuat kesepakatan dengannya. Ma Bufang pada akhirnya mendukung Imam Hu Songshan yang anti-Jepang dan mendoakan kehancuran Jepang. Ma menjadi ketua (gubernur) Qinghai pada tahun 1938 dan memimpin sekelompok pasukan. Ia diangkat karena memiliki pandangan anti-Jepang, dan sangat mengganggu upaya agen Jepang untuk berhubungan dengan orang-orang Tibet sampai-sampai Ma disebut sebagai "musuh" oleh agen Jepang. Jepang sendiri mencoba membenarkan invasi ke Tiongkok dengan janji pembebasan dan hak menentukan nasib sendiri kepada umat Muslim Tionghoa. Namun, mereka menolaknya, dan jihad dinyatakan wajib untuk semua orang Muslim Tionghoa dalam perang melawan Jepang. Publikasi Muslim Tionghoa yang berjudul Yuehua mengutip ayat-ayat Quran dan Hadits untuk menjustifikasi kewajiban untuk mengikuti Chiang Kai-Shek selaku pemimpin Tiongkok dan juga membenarkan jihad melawan Jepang.
xsd:nonNegativeInteger
41758