Boenga Roos dari Tjikembang (novel)
http://dbpedia.org/resource/Boenga_Roos_dari_Tjikembang_(novel) an entity of type: Thing
Boenga Roos dari Tjikembang ([buˈŋa ˈrus daˈri tʃiˈkəmbaŋ]; translated to English as The Rose of Cikembang) is a 1927 vernacular Malay-language novel written by Kwee Tek Hoay. The seventeen-chapter book follows a plantation manager, Aij Tjeng, who must leave his beloved njai (concubine) Marsiti so that he can be married. Eighteen years later, after Aij Tjeng's daughter Lily dies, her fiancé Bian Koen discovers that Marsiti had a daughter with Aij Tjeng, Roosminah, who greatly resembles Lily. In the end Bian Koen and Roosminah are married.
rdf:langString
Boenga Roos Dari Tjikembang (EYD: Bunga Roos Dari Cikembang) adalah novel berbahasa Melayu rendah tahun 1927 yang ditulis oleh Kwee Tek Hoay. Buku tujuh belas bab ini menceritakan seorang manajer perkebunan bernama Oh Aij Tjeng (EYD: Oh Aiy Ceng) yang harus meninggalkan nyai (pasangan tanpa hubungan pernikahan) tercintanya, Marsiti, sehingga ia bisa menikah. Delapan belas tahun kemudian setelah putri Aij Teng, Lily meninggal, calon anak-mertua Aij Tjeng, Bian Koen menemukan bahwa Marsiti memiliki seorang putri, Roosminah, yang sangat mirip dengan Lily. Bian Koen dan Roosminah lalu menikah.
rdf:langString
rdf:langString
Boenga Roos dari Tjikembang (novel)
rdf:langString
Boenga Roos dari Tjikembang (novel)
rdf:langString
Boenga Roos dari Tjikembang
rdf:langString
Boenga Roos dari Tjikembang
xsd:integer
38781472
xsd:integer
1095002771
rdf:langString
Cover
rdf:langString
Cover, second printing
rdf:langString
Tan Bellia
xsd:integer
66055761
xsd:integer
156
xsd:integer
1927
2013
rdf:langString
Boenga Roos dari Tjikembang ([buˈŋa ˈrus daˈri tʃiˈkəmbaŋ]; translated to English as The Rose of Cikembang) is a 1927 vernacular Malay-language novel written by Kwee Tek Hoay. The seventeen-chapter book follows a plantation manager, Aij Tjeng, who must leave his beloved njai (concubine) Marsiti so that he can be married. Eighteen years later, after Aij Tjeng's daughter Lily dies, her fiancé Bian Koen discovers that Marsiti had a daughter with Aij Tjeng, Roosminah, who greatly resembles Lily. In the end Bian Koen and Roosminah are married. Inspired by the lyrics to the song "If Those Lips Could Only Speak" and William Shakespeare's A Midsummer Night's Dream, Boenga Roos dari Tjikembang was initially written as an outline for the stage drama troupe Union Dalia. Kwee intermixed several languages other than Malay, particularly Dutch, Sundanese, and English; he included two quotes from English poems and another from an English song. The novel has been interpreted variously as a promotion of theosophy, a treatise on the Buddhist concept of reincarnation, a call for education, an ode to njais, and a condemnation of how such women are treated. The novel was initially published as a serial in Kwee's magazine ; it proved to be his most popular work. By 1930 there had been a number of stage adaptations, not all of which were authorised, leading Kwee to ask readers to help him enforce his copyright. The work was filmed in 1931 by The Teng Chun and then in 1975 by Fred Young and Rempo Urip. Though not considered part of the Indonesian literary canon, the book ranks amongst the most reprinted works of Chinese Malay literature. It has been translated into Dutch and English.
rdf:langString
Boenga Roos Dari Tjikembang (EYD: Bunga Roos Dari Cikembang) adalah novel berbahasa Melayu rendah tahun 1927 yang ditulis oleh Kwee Tek Hoay. Buku tujuh belas bab ini menceritakan seorang manajer perkebunan bernama Oh Aij Tjeng (EYD: Oh Aiy Ceng) yang harus meninggalkan nyai (pasangan tanpa hubungan pernikahan) tercintanya, Marsiti, sehingga ia bisa menikah. Delapan belas tahun kemudian setelah putri Aij Teng, Lily meninggal, calon anak-mertua Aij Tjeng, Bian Koen menemukan bahwa Marsiti memiliki seorang putri, Roosminah, yang sangat mirip dengan Lily. Bian Koen dan Roosminah lalu menikah. Terinspirasi oleh lirik lagu berbahasa Inggris "If Those Lips Could Only Speak" (bahasa Indonesia: "Jika Bibir Itu Dapat Berbicara") dan sandiwara "Impian di Tengah Musim" karya William Shakespeare, Boenga Roos Bahasa Dari Tjikembang awalnya ditulis sebagai cerita garis besar untuk grup drama panggung Union Dalia. Kwee mencampurkan beberapa bahasa lainnya, khususnya Belanda, Sunda, dan Inggris; ia memasukkan dua kutipan dari puisi bahasa Inggris dan satu lagi dari lagu bahasa Inggris. Novel ini telah ditafsirkan berbagai sebagai suatu promosi teosofi, sebuah risalah pada konsep reinkarnasi Buddhisme, panggilan untuk pendidikan, sebuah ode penghormatan untuk para nyai, dan kecaman terhadap bagaimana mereka diperlakukan kala itu. Novel ini awalnya diterbitkan sebagai cerita bersambung di majalah Panorama milik Kwee; cerita ini segera terbukti menjadi karyanya yang paling populer. Tahun 1930 telah ditemukan beberapa adaptasi drama panggung yang tidak resmi, sehingga membuat Kwee meminta para pembacanya untuk membantu dia menegakkan hak ciptanya atas karyanya tersebut. Karya ini difilmkan dua kali, pertama yaitu Boenga Roos dari Tjikembang (1931) oleh The Teng Chun kemudian Bunga Roos (1975) oleh Fred Young. Buku ini, meskipun tidak dianggap sebagai bagian dari kanon sastra Indonesia, memiliki peringkat di antara karya paling dicetak ulang dalam . Karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda dan Inggris.
xsd:nonNegativeInteger
36355
xsd:positiveInteger
156
xsd:string
66055761